Kabupaten Agam memperoleh kehormatan dan perhatian dari pemerintah
propinsi dan pemerintah pusat di bidang konservasi air melalui dipilihnya
Muko-Muko Maninjau sebagai tempat peringatan Hari Air Dunia ke XXV tahun
2017 besok Rabu (22/3)

Hari Air Dunia merupakan
perayaan dengan tujuan menarik perhatian publik akan pentingnya pengelolaan air
bersih dan pentingnya air bagi kehidupan
serta sebagai usaha edukasi untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan air bersih yang berkelanjutan. Hari Air Dunia
diperingati setiap tanggal 22 Maret setiap tahunnya, yang di umumkan pada
Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil.
Dalam peringatan
hari air, selalu ada tema setiap tahunnya dimana pada tahun 2016 lalu tema yang
dipilih adalah Air dan Lapangan Pekerjaan atau Water and Jobs. Untuk tahun
2017, tema yang dipilih adalah Air Limbah yaitu berdasarkan Keputusan
Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air selaku Ketua Umum Tim Pelaksana
Peringatan Hari Air Dunia XXI Nomor 02/KPTS/AS/2017 tentang Pembentukan Tim
Teknis Penyelenggaraan Peringatan Hari Air Dunia ke XXV Tahun 2017.
Sumber daya air
selain merupakan sumber daya alam juga merupakan komponen ekosistem yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat
dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk
air minum, air bersih, dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan
bagi pembangunan ekonomi seperti pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik
dan pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan
hingga saat ini dan untuk kurun waktu mendatang masih mengandalkan pada sumber
air permukaan, khususnya air Danau dan Sungai.
Secara kualitas, ketersediaan
sumber daya air sungai dan danau cenderung menurun karena adanya pencemaran
yang berasal dari limbah cair maupun padat dan banyaknya sedimentasi yang
terjadi akibat adanya longsoran material.
Dalam rangka
memperingati Hari Air Dunia XXV tahun 2017, Balai Wilayah Sungai Sumatra V sebagai
instansi penanggung jawab, memilih lokasi Muko2 Maninjau sebagai tempat
acara dengan harapan dapat mengedukasi dan memotivasi masyarakat agar dapat
lebih peduli terhadap lingkungannya khususnya Danau Maninjau dan agar dapat
lebih meningkatkan koordinasi dan sinergitas antara pemerintah pusat,
pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten dalam upaya penyelamatan Danau
Maninjau.
Tak ada kata
terlambat dalam penyelamatan lingkungan, tak ada kata selesai untuk upaya
pelestarian alam dan tak ada kata sulit untuk mencintai alam.
Kabupaten Agam,
saat ini memang menghadapi masalah sumber daya air, yaitu tercemarnya Danau
Maninjau. Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang berada di
ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Danau Maninjau merupakan sebuah
kaldera dari letusan besar gunung api yang menghamburkan kurang lebih 220-250
km3 material piroklastik. Kaldera tersebut terbentuk karena letusan gunung api
strato komposit yang berkembang di zona tektonik sistem Sesar Besar Sumatera
yang bernama gunung Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat
dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Kaldera
Maninjau (34,5 km x 12 km) ditempati oleh sebuah danau yang berukuran 8 km x
16,5 km (132 km2). Dinding kaldera Maninjau mempunyai 459 m dari permukaan
danau yang mempunyai kedalaman mencapai 157 m (Verbeek, 1883 dalam Pribadi, A.
dkk., 2007).
"Saat ini air
danau berwarna kehijauan akibat blooming algae, kata Wakil Bupati Agam
yang juga ketua penyelamatan Danau Maninjau di Lubuk Basung beberapa
waktu yang lalu. Tingginya kandungan Nitrogen dan Phospor, mengakibatkan Danau
Maninjau saat ini berada pada level eutropik Penyebab utama adalah tingginya
kandungan organik di dasar danau akibat
sedimentasi dari sisa pakan ikan. Berdasarkan penelitian Balai Wilayah Sungai
Sumatera V, saat ini terdapat lebih dari 50 juta kubik sedimen di dasar danau.
Apabila tidak diatasi secepatnya, maka perairan danau akan menjadi
hypereutrofik atau sangat subur dan akan mengakibatkan semakin punahnya biota
endemis. Di samping endapan sisa pakan,
sedimen di dasar danau juga disebabkan oleh material akibat kondisi alamiah
perbukitan Maninjau yang memiliki kemiringan lereng yang cukup tajam, rusaknya
kawasan resapan air dan perubahan sistem hidrologi danau akibat PLTA Maninjau.
Acara peringatan
hari air dunia ini, yang dipusatkan pada daerah Muko-Muko Maninjau besok,
direncanakan dihadiri oleh Direktur Jenderal SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan yang diwakili oleh Direktur Irigasi dan Rawa, Bapak Ir. Mochammad
Mazid, ST, SP; Sekretaris POKJA Revitalisasi GN-KPA Kementerian Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat, Dr. Ir. Mochammad Amron, M.Sc;Sekretaris Sekretariat POKJA
Revitalisasi GN-KPA Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, Ir. P. Victor
Sidabutar; Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; Kementerian Agraria dan Tata Ruang; Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan; Kementerian Dalam Negeri, Gubernur Sumatera Barat; Anggota
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sumatera Barat; Kepala Balai Wilayah Sungai
Sumatera V dan Kepala BP-DAS-HL Agam Kuantan; Kepala Organisasi Perangkat
Daerah di lingkungan Propinsi Sumatera Barat; Anggota Forum Komunikasi Pimpinan
Daerah Kabupaten Agam; Kepala Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan
Kabupaten Agam; Manajer PLN Sektor Bukittinggi; Kepala UPT Alih Teknologi Penyehatan
Danau Maninjau; Camat Tanjung Raya serta Tokoh Masyarakat. *)