
Seminar ini dilaksanakan berkat kerjasama Pemerintah Kabupaten Agam dan Pesantren Buya Hamka dengan keluarga besar Wadah, ABIM dan PKPIM dari Malaysia.
Dalam kesempatan itu, Bupati Agam Indra Catri mengatakan, seminar ini merupakan sebuah momentum awal untuk melestarikan mutiara buah pemikiran salah seorang ulama, yakni Buya Hamka yang telah diwariskan kepada semua dalam bentuk karya agung tersebar dalam ratusan tulisan.

Menurut bupati, pencinta Buya Hamka tidak di Minangkabau saja, tetapi juga dicintai dan dielu-elukan oleh serumpun, dan se iman di Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, bahkan di Thailand.
"Kehadiran Buya Hamka di negeri ini dapat disebut sebagai pelanjut perjuangan Rasulullah SAW. Ulama adalah pewaris nabi, setidaknya prediket pewaris nabi itu layak disandang buya kita, Buya H. Abdul Karim Amaruillah yang populer dengan panggilan Hamka," kata Indra Catri.

Dengan hal tersebut, tidak terbantahkan kalau Buya Hamka merupakan tokoh multi talenta yang tak henti-hentinya di perbincangkan sepanjang masa.
"Selain Buya Hamka, di Kabupaten Agam juga sudah banyak melahirkan sejumlah putra-putri terbaik bangsa yang sangat membanggakan, nama mereka tidak sekedar menghiasi lembar demi lembar alur sejarah bangsa ini. Tetapi mereka dicatat sebagai orang-orang terdepan dari berbagai aktifitas perjuangan, baik dalam merebut kemerdekaan maupun mengisi kemerdekaan untuk kemaslahatan umat," katanya.
Buya Hamka memiliki keunikan dan kelebihan sendiri, banyak para ahli menyipulkan salah satu faktor pendukung keberhasilan Buya Hamka adalah dari pemahaman secara mendasar tentang nilai-nilai budaya Minangkabau, kemudian disinergikan dengan pendalaman ilmu agama, filsafat, tasawuf dan pengetahuan populer lainnya.
"Nilai-nilai relegiusitas, budaya dan kultural yang dimilikinya menjadi prinsip utama sebagai cerminan kekayaan masyarakat Minangkabau sebagai etnis yang paling diperhitungkan di nusantara ini," katanya. (Tam/AMC)